SISTEM KEKEBALAN TUBUH
GARIS
PERTAHAN TUBUH PERTAMA
Kulit merupakan proteksi utama
yang penting dan berperan berperan sebagai barier fisik untuk menghentikan
invasi mikroorganisme dan subtansi lain. Secret kulit, seperti asam keringat
dan asam lemak dari elenjar lemak, berperan dalam menghancurkan dan mengurangi
pertumbuhan bakteri pada permukaan kulit. Populasi mikroflora normal yang
berkolonisasi pada permukaan kulit akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme
pathogen potensial dengan cara mengompetisi ruang dan makanan yang tersedia.
Membran mukosa, seperti muosa pencernaan, pernapasan, urinary
dan reproduksi berfungs unru melindungi tubuh dari invasi mikroorganisme asing.
Urin dan secret mukosa akan mendorong dan mengeluarkan mikroorganisme kea rah
luar tubuh. Barier kimia dilakukan missal oleh enzim antimikroba, lisosim dalam
pernapasan, air mata, saliva, hidung dan asam lambung.
Setiap hari tubuh manusia dapat
terkontaminasi dengan berates-ratus bakteri yang dapat memasuki tubuh dalam
berbagai cara, misalnya melalui konsumsi makanan, tetapi hamper semuanya
dimatikan oleh mekanisme pertahanan tubuh. Beitupun tiap hari manusia
mengkonsumsi beratus-ratus baketri dan lagi-lagi hamper semuanya mati di saliva
atau asam lambung. Dalam keadaan ini, saliva atau asam lambung merupakan media pertahanan tubuh. Namun, kadang-kadang
satu bakteri dapat lolos dan menyebabkan keracunan makanan. Dalam hal ini,
suatu efek yang sangat nyata dari
kegagalan sistem imun, yang dapat terlihat adalah mual dan diare, keduanya
merupakan dua gejala yang sangat umum
terjadi.
RESPONS
IMUN
Sistem
imun bekerja setiap saaat dengan beribu cara yang berbeda-beda, tetapi tidak
terlihat. Satu hal yang menyebabkan tubuh benar-benar menyadari kerja sistem
imun adalah disaaat sistem imun gagal karena beberapa hal. Tubuh juga menyadari
saat sistem imun bekerja dengan menimbulkan efek samping yang dilihat atau
dirasakan.
KELAINAN
RESPONS IMUN
Dapat terjadi banyak masalah dari
kerja sisitem imun yang keliru atau tidak diharapan. Contohnya alaergi,
diabetes mellitus, atriris reumatid, penolaan jaringan tranplantasi, AIDS, dan
tumor ganas limfoma. Alergi hanyalah merupakan kerja sistem imun yang
berlebihan terhadap suatu rangsang tertentu bagi orang lain tidak mengakibatkan
hal demikian. Diabetes militus (DM) disebabkan oleh sistem imun yang secara
tidak tepat menyerang sel pankreas dan merusaknya. Penyakit radang sendi
(arthritis rheumatoid) disebabkan oleh kerja sistem imun yang tidak sewajarnya
pada jaringansendi. Kegagalan tranplantasi organ disebabkan oleh kerja sisitem
imun berlebih, dan sering kali menolak organ yang di translantasikan tersebut.
Pada, AIDS kelainan fungsi imun terjadi karena sel yang bekerja dalam sisitem
imun berurang baik dalam jumlah maupun fungsinya, seperti sel magrofag dan sel
T, karena kerja virus, kelainan pada bentuk peningkatan jumlah dan fungsi
sel-sel sistem imun, selain terjadi pada alergi dan keadaan hipersensivitas,
dapat pula trejadi pada tumor ganas, misanya limfoma.
REGULASI
SISTEM IMUN
Regulasi
Fisiologis
Sistem imun meningkat saat tidur dan
istirahat, dan melemah oleh stress. Diet dapat mempengaruhi sistem imun
contohnya, buah segar, sayuran dan makanan kaya asam lemak tertentu dapata
memelihara kesehatan sistem imun. Asupan nutrisi yang kurang pada janin dapat
menyebabkan penurunan sistem imun utnuk seumur hidupnya.
GANGUAN
REGULASI SISTEM IMUN
Imunosupresi
Sistem imun dapat di manipulasi
dengan tujuan untuk merespons sesuai dengan yang di inginkan, hal ini dilakukan
pada keadaan seperti autoimunitas, alergi dan penolakan transplantasi. Obat
imunosupresan di gunakan untuk mengontrol kelainan pada autoimun atau keadaan
inflamasi ketika terjadi erusakan jaringan yang berlebihan dan juga untuk
mencegah penolakan transplantasi sesudah transplantasi suatu organ dilaukan.
RESPONS
IMUN INNATEINON- SPESIFIK ATAU ALAMI
Respons imun innate atau respons
non-spesifikm atau renspons imun alami sudah ada sejak lahir dan merupakan
komponen normal yang selalu ditemukan
pada tubuh sehat. Repons ini meliputi: pertahanan fisik/mekanik,
pertahanan biokimia, perthanan humoraldan pertahanan selular.
RESPONS
IMUN ADAPTIF
Sering kali respons imun
non-spesifik (aktivitas fagositosis, NK, inflamasi) yang di dapat saat lahir
dan terjadi beberapa jam pertama infeksi tiak cukup mengatasi pathogen sehingga
penyakit terjadi dan tubuh harus menyembuhkan diri dengan mengativasi dengan
respons imun adaktif melawan pathogen yang menyerang. Respons imun adaptif
dimediasi oleh sel limfosit.
AMI
(antibody mediated imunne response)
Limfosit B menjadi sel imunokompeten
dewasa dalam sumsum merah tulang. Tiap limfosit B mengekspreasikan resptor
antigen tunggal spesifi (misalnya, antibodi) pada permukaan sel. Pada imunitas
di mediasi antibodi (AMI), ikatan antigen dengan reseptor antigen (misalnya,
antibodi) pada sel B menyebabkan aktivasi dan diferensasi sel B menjadi sel
plasma pembentuk antibodi.
CMI
(Cell-mediated imunne response)
Kontars dibandingkan dengan AMI, CMI
melawan pathogen penyerang dengan di mediasi oleh limfosit T. limfosit T
bertanggung jawab terhadap imunitas di mediasi sel (CMI) dalam melawan antigen
asing. Mengembangkan respons imun di mediasi sel T terhadap antigen tumor
merupakan tujuan vaksinasi cankers
FUNGSI
KOMPONEN SISTEM IMUN
1. Fungsi Leukosit
a.
Kemotaksis
Begitu leukoait memasuki jaringan
ikat, sel ini harus mampu bermigrasi dan menempati jaringan yang terluka. Hal
ini terlaksana dengan bai oleh kemotaksis yang bergantung pada kemampuan
leukosit untuk merasakan gradient kimiawi yang melintasi badan sel dan berimigrasi
kea rah yang lebih tinggi konsentarsi kimiawinya.
b.
Fagositosis
Contoh
sel fagositosis adalah sel neutrofil, monosit dan magrofag. Seperti tipe lain
dari sel darah putih, sel fagosit berasal daari sel pumca (stem) pluripoten
dalam sumsum merah tulang.
c.
Pemprosesan
dan penyajian antigen molekul MHC
Molekul
MHC merupakan suatu tempat pada lengan pendek kromosom 6 (6p21.3) yang mengode
sejumlah molekul MHC kelas I, II dan III yang terlibat dengan pengikatan
antigen, pemrosesan, dan penyajiannya.
2. Neutrofil dan monosit / magrofag
Neutrofil dan monosit merupakan
sel fagositik dari leukosit. Perbedaan mendasar dari keduanya adaalah neutrofil
mengalami diferensiasi hamper lengkap dalaam sumsum tulang selama 14 hari,
sedangkan monosit keluar dari sumsum tulang sesudah 2 hari dalam keadaan yang
relative tidak dewasa dan derdiferensiasi dalam jaringan.
3. Limfosit
Tiga tipe utama limfosit
dibedakan berdasarkan pada reseptor antigen, menjadi limfosit-T, limfosit-B,
dan sel pembunubh sel alami (NK, natural killer). Dalam darah, sel B dan sel T
bersifat tidak aktif dan berukuran kecil.
Sel NK dapat berdiferensiasi
secara luas dalam sumsum tulang dan tapak dalam darah sebagai suatu limfosit
besar bergranular.
4. Antibody
Antibody merupakan protein
(imonoglobulin). Di hasilakan oleh sel plasma yang berasal dari ploriferasi dan
diferensiasi sel B yang terjadi setelah kontak dengan antigen. Diklasifikasikan
bedasarkan kegunaanya, yang utama adalah antibody netralisasi yang berfungsi
untuk melawan toksin, melapisi bakteri dengan opsosnin untuk membantu proses
fagositosis antibody dengan mengikat bakteri.
5. Sel pembunuh alami NK
Sel Nk merupakan subpopulasi
limfosit yang berperan penting dalam respons imun alami dengan memediasi efek
sitosis dalam sel target dan dengan melepas sitokin (IFNy dan TNF). Sel NK
mengenali dan membunuh sel tumor tertentu dan sel yang terinfeksi virus.
6. Komplemen
Komplemen merupakan sauau
rangakaian interksi dari sekitar 30 membran yang berhubungan dengan reseptor
sel dengan glokoprotein serum yang larut. Komponen larut dari sistem ini
berjumlah sekitar 5% (3-4mg/mL) dari total protein serum
7. Sitokin
Sitoin merupakan protein hormone
yang kurang spesifi dan lebih terlokalisasi disbanding hormone endokrin serta
dapat menstimulasi atau mengahmabat fungsi normal sel. Baik sitetm imun selular
maupun humoral dioordianasi oleh sitokin (60 sitokin).
8. Interleukin
Ada 22 interleukin (IL-1 samapi
IL-22). IL-1, disekresi oleh magrofag dan monosit, menstimulasi respon
inflamasi dan mengaktivasi limfosit. IL-2, di produksi oleh limfosit T-helper,
menstimulasi ploriferasi dari T-helper, T-sititiksik dan limfosit-B, serta
mengaktivasi sel NK.
9. Interferon
Interferon merupakan sitoin
berupa glikoprotein yang di produksi oleh makrofag yang diaktifkan, sel NK
berbagai sel tubuh yang mengandung inti dan dilepas sebagai respons terhadap
infeksi virus.
RESPONS
IMUN DALAM INFLAMASI
Mikroorganisme menggunakan beberapa
cara untu menghindar dari sistem imun hospes: merusak antibody atau hidup dalam
sel fagosit, membuat variasi tau mengganti antigen mengakibatkan imunosupresi
respons imun spesifik dan non-spesifik.
Kerusakan jaringan tubuh oleh
infeksi mikroba, bahan fisis (panas, beda tajam), dan kimiawi (luka bakar asam)
menimbulkan peristiwa kompleks respns
fisiologi non-spesifik (inflamasi) yang bertujuan untuk:
·
Melokalisai
infeksi dan mencegah penyebaran mikroba penyerang.
·
Memobilisasi
sel imun (sel neutrofi dan monosit) serta meolekul dari darah ke area infeksi
·
Menetralisasi
tosin, dan
·
Mereparasi
dan menggantikan jaringan yang rusak.
Peran
Pembuluh Limfe dan Klenjar Limfe pada Imflamasi
Sistem limfatik dan kelenjar limfe
berfungsi untuk mengairi sehingga cairan limfe berakumulasi dalam matris
ekstravaskular. Kelenjar limfe mewakili pertahanan seunder tubuh bila respons
inflamasi lokal mengalami kegagalan dalam menetralkan agen penyebab. Pembuluh
limfe juga berguna untuk menghantarkan antigen dan limfosit dari bagian tepi
kelnjar limfe yang lebih di tengah tempat berkumpulnya sel T, B dan sel penyaji
antigen. Jumlah limfe hamper sebnyak kapiler. Katup-katup pembuluh limfe
mengatur arah aliran limfe dari distal ke proksimal.
Respons
Imun Terhadap Virus
Virus tidak selalu membunuh sel yang
terinfeksi. Virus dapat menimbulkan mekanisme pertahanan non-spesifik pada
hospes dan yang paling berperan adalah dengan menginduksi interferon. Respons
imun baik humoral maupun selular berperan dalam pengendalin infeksi virus.
RESPONS
IMUN PADA JARINGAN TRASNPALANTASI
Sejak transplantasi jaringan
diperkenalan, sudah di sadari bahwa akan
terjadi penolakan jaringan transplantasi yang berasal dari orang lain.
Tansplantasi jaringan menghasilkan kondisi klinis dengan aspek peran sistem
imun merupakan hal penting yang perlu di perhatikan.
MEKANISME
IMUNOLOGI SITOTOKISITASI SEL TUMOR
Respons
utama dari sistem imun terhadap tumor adalah merusak sel abnormal mengguanakan
sel T sitotoksi, kadang dengan bantuan sel T-helper:
·
Sitotosisitas
dimediasi sel T
·
Sitotosisitas
dimediasi sel natural killer (NK)
·
Sitotosisitas
dimediasi sel makrofag
·
Sitotosisitas
dimediasi sel baeragntung antibody (ADCC)
·
Sitotosisitas
dimediasi komplemen
PENOLAKAN
SEL TUMOR TERHADAP IMUNOLOGI SOTOTOKSITAS
Terbentuk dan berkembang suatu tumor
atau keganasan yang terdeteksi secara klinis menunjukkan bahwa sel tumor mampu
menghindar dari kenali dan di rusak oleh sistem imun. Dari pemeriksaan biopsi
dan serum terbukti bahwa pasien kanker mampu menghasilan respons CMI dan AMI
namun bukti akhir-akhir ini menyatakan bahwa respons imun sangat lemah dalam
efektivitasnya memusnahkan semua sel tumor atau mampu mengenalinya saja .
Respons imun seing gagal dalam
mengamati pertumbuhan tumor karena respons imun ini menjadi tidak efektif atau
karena tumor mrnola serangan sistem imun. Penoalakan sel tumor terhadap efek
sitotoksitas sistem imun dapat di sebabkan oleh beberapa faktor, sperti:
·
Variasi
antigen tumor
·
Menurunnya
eksperesi yang sangat imonogenik
·
Menurunnya
ekspresi molekul MHC kelas 1
·
Mekanisme
meningkiran respons imun oleh sel tumor
·
Imunotoleran
Penerbit: Prof.drg. Janti Sudiono,
MDSc
Daftar Pustaka:
Prof.drg. Sudiono,janti. MDSc.2014.
Sistem kekebalan Tubuh. jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar